Monday, December 5, 2011
Kekasihku Diperkosa Pemuda Pemabok
singkat kata aku kenal seorang cewek bernama Dina, Dina ini adalah kekasihku, kami sudah berhubungan kurang lebih 2 tahun, dia berumur 17 tahun, dia sungguh cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi, mungkin karena alasan itulah cerita dewasa ini bisa terjadi
Inilah cerita dewasa panas yang paling seru. Semua orang yang menatap Dina pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Dina. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian berte
mu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam. Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Dina senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Dina di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Dina, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Dina mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Dina berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nantigiliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.
Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Dina, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Pemuda yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Pemuda tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Pemuda tadi meminta STNK dan SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu Pemuda itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Dina yang duduk terdiam. “Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke pemuda”, perintah Pemuda tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah pemuda pemabok yang terpencil di pinggir kota.
Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam pemuda pemabok itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Si pemabok yang bertugas jaga dan Pemuda yang membawa kami. Ketika kami masuk, Si pemabok itu memandangi tubuh Dina dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Dina. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian, Pemuda yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Si pemabok yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Pemuda tadi berkata, “Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.” Si pemabok tadi menimpali, “Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!” Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Dina yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lalu membuka sel Dina dan masuk ke dalam. “Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!” Si pemabok tadi langsung memegangi kedua tangan Dina sementara Pemuda menarik kaos yang dikenakan Dina ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Dina berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Dina yang terus dipegangi oleh Si pemabok. “Wow, lihat dadanya.” Dina terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Si pemabok yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Dina, melemparkan tubuh Dina hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Dina. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Dina ke rangka di atas kepala Dina.
Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Dina. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Dina, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Dina mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Dina, sedangkan Dina hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di seberang Dina tak berdaya untuk menolong Dina yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua pemabok itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Dina. Pemuda mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Si pemabok mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Dina menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua pemabok itu tetap mendekatinya.
“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.” kata Pemuda.
“Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!”
“Dia pasti sempit sekali”, kata Si pemabok sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Dina.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Dina menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
“Betul kan, masih sempit sekali.”
Kemudian Pemuda tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Dina. Kemudian mereka membuka kaki Dina lebar-lebar dan Pemuda memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Dina. Dina mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Pemuda membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Dina.
Sementara itu, Si pemabok naik dan mendekati wajah Dina, mengelus-elus wajah Dina dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Dina menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Si pemabok yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Si pemabok sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Dina.
“Kamu belum pernah ngerasain punya pemabok kan?” Dina tak bergeming.
“Buka!” bentak Si pemabok.
“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut Dina terbuka sedikit, dan Si pemabok langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Dina.
Mulut Dina terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Si pemabok bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Si pemabok mulai bergerak keluar masuk di mulut Dina, saya melihat tidak semua batang kemaluan Si pemabok dapat masuk ke mulut Dina, batang kemaluan Si pemabok terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Dina. Ketika Si pemabok menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!” Dina membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Si pemabok kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Dina, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Dina.
“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Si pemabok ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!” Mereka kemudian bertukar tempat, Si pemabok sekarang ada di antara kaki Dina dan Pemuda berjongkok di dekat wajah Dina. Si pemabok mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Dina. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Si pemabok yang besar itu membuka bibir kemaluan Dina yang masih sempit. Pemuda, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Dina. “Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Si pemabok ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Dina, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Pemuda berada di wajah Dina. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Dina. Setelah lima kali, keluar masuk, Pemuda sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Dina, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Dina, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Dina berusaha menjerit, ketika sperma Si pemabok mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Si pemabok yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Dina meronta-ronta berusaha mencari udara.
“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!”
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Dina langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Dina berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Pemuda tertawa melihat Dina terbatuk-batuk, “Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”
Sementara Si pemabok yang masih mengerjai kemaluan Dina sekarang malah memegang pinggul Dina dan membalik tubuh Dina. Dina dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Si pemabok pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Si pemabok mulai menempel di lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…”
“Aaahkk! Jangaaan!”
Dina menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Si pemabok berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Dina pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Si pemabok mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Si pemabok mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Dina. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Dina. Dina terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Si pemabok masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Si pemabok masuk, Dina hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Si pemabok beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Dina menjerit-jerit. Si pemabok terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Dina. Si pemabok tidak peduli mendengar Dina berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Si pemabok keluar masuk anus Dina tanpa henti. Akhirnya Si pemabok mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Dina, kemudian menyembur ke pantat Dina dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Si pemabok kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Dina lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Dina. Si pemabok kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Dina dan berdua dengan Pemuda mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Si pemabok berkata pada Pemuda, “Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”
Dini hari, ketika Dina kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Dina. Mereka menendang tubuh Dina agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Pemuda menyodomi Dina sementara Si pemabok berbaring di bawah Dina dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Dina. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Dina dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Dina. Mereka terus berganti posisi dan Dina terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu pemabok-pemabok tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Dina yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Si pemabok masuk dan membuka sel kami.
“Kalian boleh pergi.”
Saya membantu Dina mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari pemuda pemabok itu dan akhirnya sampai ke rumah Dina. Kemudian saya membersihkan tubuh Dina dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, “Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn… sakiiit…”.
Labels:
PERKOSAAN,
PERTAMA KALI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment